Anggota DPRD Majene Usir Wartawan
Republik news.com – MAJENE - Rapat Badan Aggaran (Banggar) DPRD Majene Sulawesi Barat diwarnai dengan pengusiran sejumlah wartawan dari ruang sidang. Sejumlah awak media yang semula hendak
meliput berita, tiba-tiba geger dan serentak keluar dari ruangan.
Padahal mereka datang atas pemberitahuan sebelumnya, bahwa rapat
Kebijakan Umum Anggaran (KUA) dan Prioritas Patfom Sementara (PPS) RAPBD
Majene terbuka untuk umum. Pengusiran sejumlah wartawan dari ruang
rapat Banggar DPRD Majene bermula saat Marsuki anggota DPRD Majene asal
Partai NasDem tiba-tiba berteriak dan marah-marah. Marsuki yang juga
Ketua Komisi B DPRD Majene itu tiba-tiba mengamuk dan menyuruh keluar
para pencari berita yang hadir sejak pagi hari.
“Keluar-keluar!, Ini sidang tertup, tidak ada wartawan di sini,” teriak Marsuki.
Akibat tindakan anggota dewan itu
sejumlah wartawan kesal, bahkan Syamsuddin jurnalis Harian Radar Sulbar
mengaku geram dan sangat heran dengan sikap ketidakdewasaan anggota
dewan itu
“Masa kita diusir seperti mengusir anak ayam,” ungkap Syam kesal.
Sejumlah jurnalis di Majene pun merasa
prihatin dan ingin merapatkan barisan dalam sebuah wadah perkumpulan
jurnalis Majene yang resmi.
Rekan kerja Marsuki yang juga anggota
Badan Anggaran DPRD Majene, A. M. Tandi ketika dikonfirmasi terpisah
mengatakan, bahwa dirinya tidak mengerti mengapa Marsuki mengusir
wartawan, karena dia juga tahunya rapat KUA-PPS itu terbuka untuk umum,
bahkan di dalam tatib sudah jelas, katanya.
Menurut A. M Tandi, mungkin saja
kekesalan Marsuki itu disebabkan oleh adanya pemberitaan yang dimuat
Radar Sulbar sebelumnya yang menuding sepihak.
“Kemarin ada berita kurang sedap soal
Pak Marsuki, tetapi tidak ada kesempatan diberikan ke dia untuk
mengklarifikasi, maka mungkin beliau merasa tidak nyaman terhadap
wartawan,” ungkap Tandi.
Mengenai berita yang telah mengusik diri
Marsuki tersebut Tandi mengatakan, bahwa berita tersebut terkait dengan
soal pembahasan Postur APBD Majene 2015. “Saya kurang tahu juga,” ujar
Tandi. (hm3)
Porseni PGRI Majene Berakhir Rusuh, Guru di Majene Dituding Tidak Profesional
RepublikNews.com – MAJENE -
Demi meningkatkan silaturrahim, kreatifis dan profesionalisme pendidik
di Majene Provinsi Sulbar, Persatuan Guru Republik Indonesia (PGRI)
Majene menghelat Pekan Olah Raga & Seni (Porseni) antar Pengurus
PGRI Kecamatan se-Kabupaten Majene yang berlangsung mulai tanggal 27
Nopember 2014 lalu.
Berlangsung di Lapangan Sepok Bola Pamboang, pembukaan POR PGRI
Majene meriah dan dihadiri sejumlah pejabat jajaran Pemkab. Majene. Kini
harapan pun kian bergelorah akan bangkitnya inzan pendidik guna
mewujudkan Majene Kota Pendidikan yang selama ini dieluh-eluhkan dengan
motto “Membeli Masa Depan Dengan Harga Sekarang”.
Akan tetapi nampaknya harapan tak selamanya mulus jadi realita, misi
PGRI Kabupaten Majene hanyalah isapan jempol belaka. Hal ini ditandai
dengan berakhirnya kegiatan PORSENI itu dengan kabar tak menyejukkan di
jajaran guru-guru se kabupaten Majene.
Adalah insiden perkelahian yang melibatkan sejumlah generasi Omaer
Bakri Majene membuat cerita ini lain, lagi-lagi citra pendidikan Majene
tercoreng.
Wahh… inilah para pendidik Majene yang katanya guru Kota Pendidikan
Sulbar. Pencetak generasi calon pemimpin masa depan bangsa, atau
jangan-jangan justru pencetak calon preman masa depan.
Menyoal sebab terjadinya insiden adu jotos saat Porseni berlangsung,
salah seorang guru asal Kecamatan Ulumanda, Zainuddin menuding pihak
panitia tidak profesional.
Lebih lanjut guru SDN No. 20 Sambabo Kec. Ulumanda itu mengatakan,
bahwa panitia curang dan tidak netral, membuat para pemaian emosi,
bahkan kontingen Kecamatan Ulumanda terpaksa angkat bendera lebih awal
sebelum event selesai.
Sementara itu ketua PGRI Kabupaten Majene Drs. H. Syahruddin M saat
dihubungi media ini (03/12) mengatakan hal itu hanyalah soal biasa.
”Itu biasa saja dalam pertandingan, bumbu-bumbu Olahraga,” katanya.
”Tidak ada masalah, kepanitiaan berjalan bagus, pengurus PGRI juga
sudah berbuat yang tetbaik” lanjut Syahruddin.LSM minta PGRI
dievaluasi.
Terjadinya insiden memalukan di Porseni PGRI Majene, mendapat
tanggapan dari sejumlah pihak. Ketua LSM Pemerhati Pendidikan Sulbar
Muhammad Safaat saat dihubungi via telepon genggamnya menyesalkan
kejadiaan itu terjadi. “Hal ini karena guru-guru di Majene tidak punya
integritas yang memadai,” pungkas Faat.
Safaat juga berharap ada evaluasi pasca insiden ini, agar wajah
pendidikan Majene dapat dicerahkan kembali.”Ini sangat memalukan,
mencederai pendidikan di Majene Sulbar, saya berharap ada evaluasi dari
dinas terkait,” ujar Safaat berharap. (hm3)