Presiden Ukraina Desak Rusia Tarik Senjata
Presiden Ukraina Petro Poroshenko mengatakan demikian hari Kamis (11/12) saat melawat tiga hari ke Australia, sekutu Barat. Berbicara kepada wartawan, Poroshenko menekankan, jika Rusia menutup perbatasannya dengan Ukraina, "damai dan stabilitas" akan tercipta dalam beberapa pekan.
Ukraina telah berulang kali menuduh Rusia menyuplai senjata dan tentara kepada pemberontak yang memerangi pemerintahan di Kyiv. Rusia dengan keras menyangkal tuduhan tersebut, seraya menambahkan, tentara Rusia yang berada di wilayah Ukraina adalah atas kemauan mereka sendiri.
Hari Rabu, Ukraina menutup kemungkinan mengadakan perundingan perdamaian pekan ini, dengan mengatakan bahwa pihak pemberontak tidak berminat pada sebuah penyelesaian lewat perundingan.
Perundingan itu semula diduga akan diselenggarakan hari Jumat di Belarus, tetapi Kyiv menimpali, itu adalah tidak mungkin setelah pemberontak separatis melanggar gencatan senjata.
(Dikutip dari VOA Indonesia)
Burma Mundur dari Kesepakatan Buka Kantor Organisasi Kerjasama Islam
Demonstrasi berminggu-minggu oleh para biksu Buddha dan warga yang marah membuat pemerintah Burma mengubah arah, berpotensi berdampak pada hubungan yang memang sudah tegang dengan warga Muslim di kawasan itu.
Pemerintah Burma hari Senin mengumumkan Organisasi Kerjasama Islam (OIC) atau OKI – sebuah organisasi multi-nasional Islam – tidak akan diijinkan membuka kantor cabang di negara itu.
Zaw Htay dari kantor kepresidenan menjelaskan keputusan itu kepada VOA siaran bahasa Burma. Ia mengatakan kabar bahwa pembukaan kantor cabang OKI telah menyebar di kalangan warga Burma. Tetapi, katanya, sesuai kehendak rakyat maka presiden tidak akan mengijinkan dibukanya kantor cabang OKI di Burma.
Bulan lalu, OKI menandatangani kesepakatan dengan menteri urusan perbatasan Burma untuk membuka kantor cabang di kota utama Rangoon dan di Sittwe, negara bagian Rakhine.
Negara bagian Rakhine menjadi lokasi meningkatnya ketegangan antara umat Muslim Rohingya dan umat Buddha yang mayoritas. Aksi kekerasan bulan Juni menewaskan sekitar 90 orang, menyebabkan banyak warga Rohingya melarikan diri ke tetangga Burma, Bangladesh. (dikutif dari VOA Indonesia)
IMF dan Bank Pembangunan Asia Pertimbangkan Hapus Utang Burma
Para pemimpin dari 30 negara bertemu di Tokyo untuk menyusun rencana guna membantu Burma melunasi utang dan mendorong perkembangan ekonomi negara itu. Pertemuan tersebut diselenggarakan di sela-sela pertemuan tahunan Dana Moneter Internasional (IMF) dan Bank Dunia, Kamis (11/10).
Jepang mengumumkan paket dukungan yang mengharuskan para kreditor internasional membebaskan Burma dari hutang-hutangnya selambat-lambatnya bulan Januari.
Berdasarkan paket dukungan tersebut, Burma juga akan ditawari pinjaman melalui Bank Jepang untuk Kerjasama Internasional untuk membantu pembayaran kembali utang luar negeri negara tersebut.
Kantor berita Jepang Kyodo mengatakan IMF dan Bank Pembangunan Asia (ADA) sedang mempertimbangkan untuk menghapus utang Burma sebesar $900 juta sebelum bulan Januari.
IMF dan ADA adalah kreditor terbesar kedua dan ketiga Burma berturut-turut. Jepang adalah kreditor terbesar Burma.(dikutif dari VOA Indonesia)
Presiden Ukraina Petro Poroshenko mengatakan demikian hari Kamis (11/12) saat melawat tiga hari ke Australia, sekutu Barat. Berbicara kepada wartawan, Poroshenko menekankan, jika Rusia menutup perbatasannya dengan Ukraina, "damai dan stabilitas" akan tercipta dalam beberapa pekan.
Ukraina telah berulang kali menuduh Rusia menyuplai senjata dan tentara kepada pemberontak yang memerangi pemerintahan di Kyiv. Rusia dengan keras menyangkal tuduhan tersebut, seraya menambahkan, tentara Rusia yang berada di wilayah Ukraina adalah atas kemauan mereka sendiri.
Hari Rabu, Ukraina menutup kemungkinan mengadakan perundingan perdamaian pekan ini, dengan mengatakan bahwa pihak pemberontak tidak berminat pada sebuah penyelesaian lewat perundingan.
Perundingan itu semula diduga akan diselenggarakan hari Jumat di Belarus, tetapi Kyiv menimpali, itu adalah tidak mungkin setelah pemberontak separatis melanggar gencatan senjata.
(Dikutip dari VOA Indonesia)
Burma Mundur dari Kesepakatan Buka Kantor Organisasi Kerjasama Islam
Demonstrasi berminggu-minggu oleh para biksu Buddha dan warga yang marah membuat pemerintah Burma mengubah arah, berpotensi berdampak pada hubungan yang memang sudah tegang dengan warga Muslim di kawasan itu.
Pemerintah Burma hari Senin mengumumkan Organisasi Kerjasama Islam (OIC) atau OKI – sebuah organisasi multi-nasional Islam – tidak akan diijinkan membuka kantor cabang di negara itu.
Zaw Htay dari kantor kepresidenan menjelaskan keputusan itu kepada VOA siaran bahasa Burma. Ia mengatakan kabar bahwa pembukaan kantor cabang OKI telah menyebar di kalangan warga Burma. Tetapi, katanya, sesuai kehendak rakyat maka presiden tidak akan mengijinkan dibukanya kantor cabang OKI di Burma.
Bulan lalu, OKI menandatangani kesepakatan dengan menteri urusan perbatasan Burma untuk membuka kantor cabang di kota utama Rangoon dan di Sittwe, negara bagian Rakhine.
Negara bagian Rakhine menjadi lokasi meningkatnya ketegangan antara umat Muslim Rohingya dan umat Buddha yang mayoritas. Aksi kekerasan bulan Juni menewaskan sekitar 90 orang, menyebabkan banyak warga Rohingya melarikan diri ke tetangga Burma, Bangladesh. (dikutif dari VOA Indonesia)
IMF dan Bank Pembangunan Asia Pertimbangkan Hapus Utang Burma
Para pemimpin dari 30 negara bertemu di Tokyo untuk menyusun rencana guna membantu Burma melunasi utang dan mendorong perkembangan ekonomi negara itu. Pertemuan tersebut diselenggarakan di sela-sela pertemuan tahunan Dana Moneter Internasional (IMF) dan Bank Dunia, Kamis (11/10).
Jepang mengumumkan paket dukungan yang mengharuskan para kreditor internasional membebaskan Burma dari hutang-hutangnya selambat-lambatnya bulan Januari.
Berdasarkan paket dukungan tersebut, Burma juga akan ditawari pinjaman melalui Bank Jepang untuk Kerjasama Internasional untuk membantu pembayaran kembali utang luar negeri negara tersebut.
Kantor berita Jepang Kyodo mengatakan IMF dan Bank Pembangunan Asia (ADA) sedang mempertimbangkan untuk menghapus utang Burma sebesar $900 juta sebelum bulan Januari.
IMF dan ADA adalah kreditor terbesar kedua dan ketiga Burma berturut-turut. Jepang adalah kreditor terbesar Burma.(dikutif dari VOA Indonesia)